Pesan “Perjuangan” di Hari Pahlawan 2018
Setiap 10 November bangsa yang besar ini memperingatinya sebagai hari pahlawan.
Sejarawan, penulis dan pendiri penerbitan Komunitas Bambu yang banyak menerbitkan buku dengan tema sejarah, budaya dan humaniora, JJ Rizal menjelaskan, peringatan Hari Pahlawan pada 10 November pertama kali dilakukan menjelang tahun 1950-an.
Proklamator bangsa, Soekarno ketika itu menetapkan 10 November sebagai tanggal sakral bagi bangsa Indonesia.
Keputusan Soekarno tersebut didasari oleh usulan Sumarsono, mantan pimpinan tertinggi gerakan Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang ketika itu turut berperan besar dalam pertempuran mempertahankan kemerdekaan bangsa bersama arek-arek Suroboyo.
Pertempuran arek Suroboyo terjadi pada 10 November 1945 dan tercatat dalam sejarah peristiwa itu merupakan pertempuran terbesar setelah Indonesia merdeka.
Terkait hal tersebut, Ketua STIKes Yarsi Pontianak, Fajar Yousriatin berpesan, momen hari Pahlawan 2018 harus bisa kita aplikasikan dalam bentuk kerja keras yang nyata, jangan membuat pengorbanan para pahlawan yang berjuang hingga titik darah penghabisan itu menjadi sia-sia.
“Pesan moral ini tentu saja menyasar kepada seluruh jajaran yang berada dalam lingkup institusi yang di pimpinnya, dengan tujuan agar STIKes Yarsi Pontianak bisa lebih baik dan terus berkembang mengikuti pergerakan zaman yang terus menanjak naik, tidak hanya di dunia kesehatan namun di berbagai bidang,” pungkasnya.
Sementara itu, berikut adalah pesan perjuangan para Pahlawan Nasional Indonesia, dikutip dari kemensos.go.id :
1. Nyi Ageng Serang
“Untuk keamanan dan kesentausaan jiwa, kita harus mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan tidak akan terperosok hidupnya,”
“dan tidak akan takut menghadapi cobaan hidup, karena Tuhan akan selalu menuntun dan melimpahkan anugerah yang tidak ternilai harganya”
(Disampaikan pada saat Nyi Ageng Serang mendengarkan keluhan keprihatinan para pengikut / rakyat, akibat perlakuan kaum penjajah).
2. Jenderal Sudirman
“Tempat saya yang terbaik adalah ditengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan. Met of zonder Pemerintah TNI akan berjuang terus”
(Disampaikan pada jam-jam terakhir sebelum jatuhnya Yogyakarta dan Jenderal Sudirman dalam keadaan sakit, ketika menjawab pernyataan Presiden yang menasihatinya supaya tetap tinggal di kota untuk dirawat).
3. Prof. Dr. R. Soeharso
“Right or Wrong my country, lebih-lebih kalau kita tahu, negara kita dalam keadaan bobrok, maka justru saat itu pula kita wajib memperbaikinya”
4. Prof. Moh. Yamin
“Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri”
(Disampaikan pada konggres II di Jakarta tanggal 27-28 Oktober 1928 yang dihadiri oleh berbagai perkumpulan pemuda dan pelajar, dimana ia menjabat sebagai sekretaris).
5. Supriyadi
“Kita yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat, kedudukan ataupun gaji yang tinggi”
(Disampaikan pada saat Supriyadi memimpin pertemuan rahasia yang dihadiri beberapa anggota Peta untuk melakukan pemberontakan melawan Pemerintah Jepang).
6. Abdul Muis
“Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa, jika memang mau berjuang”
(Menceritakan pengalamannya di luar negeri kepada para pemuda di Sulawesi, ketika Abdul Muis melakukan kunjungan ke Sulawesi sebagai anggota Volksraad dan sebagai wakil SI).
7. Pattimura
“Pattimura-pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-pattimura muda akan bangkit”
(Disampaikan pada saat akan digantung di Kota Ambon tanggal 16 Desember 1817)
8. Bung Tomo
“Jangan memperbanyak lawan, tetapi perbanyaklah kawan”
(Pidato Bung Tomo melalui Radio Pemberontakan)
“Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain merah dan putih maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga.”
(Pidato Bung Tomo di radio pada saat pertempuran menghadapi Inggris di Surabaya bulan November 1945)
9 Soekarno
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
“”Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.”
(Pidato Hari Pahlawan 10 November 1961)
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka”
(Pidato HUT Proklamasi 1963)
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”
“Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”
10. Moh Hatta
“Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk membela cita-cita”
“Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta. Jangan mengharapkan bangsa lain respek terhadap bangsa ini, bila kita sendiri gemar memperdaya sesama saudara sebangsa, merusak dan mencuri kejayaan Ibu Pertiwi.” (Kominfo)