PENGUMUMANPOPULER

MENELADANI RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM UNTUK MENJADI PRIBADI YANG CENDEKIA DAN BERAKHLAK MULIA

Dalam rangka memperingati hari Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam 12 Rabbiul Awal atau yang jatuh pada hari selasa tanggal 19 Oktober 2021, kali ini STIKes YARSI Pontianak dalam Kajian Rutinnya yaitu pada hari Jumat, tanggal 22 Oktober 2021 mengangkat Tema tentang “ Meneladani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Untuk Menjadi Pribadi Yang Cendekia dan Berakhlak Mulia”. Kegiatan Tausiyah berlangsung selama 90 Menit mulai dari pukul 08.30 WIB sampai 10.00 WIB yang disampaikan oleh Ustadz Didik M. Nur Haris, Lc, MA, Ph.D, dan di hadiri 139 peserta baik itu dari Mahasiswa, Alumni, Seluruh Civitas Akademika STIKes YARSI Pontianak dan peserta umum yang dilaksanakan secara Online.

Adapun uraian singkat tausiyah yang diberikan oleh Ustadz Didik M. Nur Haris, Lc, MA, Ph.D yaitu dalam menyampaikan tentang Rindu Kami Ya Rasul, Kecintaan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Yang Luar Biasa Kepada umatnya dan membahas tentang ahlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam Surat At-Taubah Ayat 128-129. Ini merupakan dua ayat dengan kandungan hikmah dan rahasia yang sangat besar. Kedua ayat ini secara khusus menegaskan sifat mulia Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan perintah bertawakkal kepada Allah.

لَـقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِكُمۡ عَزِيۡزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيۡصٌ عَلَيۡكُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِيۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِيۡمٌ‏

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS At-Taubah Ayat 128)

فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَقُلۡ حَسۡبِىَ اللّٰهُ ۖ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ؕ عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُ‌ ؕ وَهُوَ رَبُّ الۡعَرۡشِ الۡعَظِيۡمِ

“Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung.” (QS At-Taubah Ayat 129)

Dari ayat di atas (128) dapat dipahami tentang kesucian nasab Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang berasal dari suku-suku dan jalur keturunan yang mulia. Allah memberikan dua macam sifat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kedua sifat itu merupakan sifat Allah sendiri, yang termasuk di antaranya “asmaul husna”, yaitu sifat “Ar-Rauf” (amat belas kasihan) dan sifat “Ar-Rahim” (penyayang). Mengapa Allah tegaskan hal tersebut dalam ayat ini, karena untuk menutup celah keraguan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sosok manusia dengan suri tauladan yang paling baik. Untuk menjadi contoh bagi umat manusia.

Jadi Secara garis besar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu memiliki sifat peduli dan empati kepada siapapun. Hal tersebut tergambar jelas dalam pengamalan sehari-hari, pernah suatu ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, siap mendengarkan cerita seorang wanita. Ada seorang nenek datang kepada nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam., berkata. “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, doakanlah kepada Allah semoga Dia memasukkan aku ke dalam surga.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. menjawab: Hai Ummu Fulan, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh nenek-nenek. Maka nenek-nenek itu pergi seraya menangis”. Melihat nenek tersebut menangis, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengutus sahabatnya untuk menjelaskan kepada nenek tersebut. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Beritahukanlah kepadanya bahwa dia tidak dapat memasukinya dalam keadaan nenek-nenek. Hal ini maksudnya yaitu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sangat santun kepada siapapun dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selalu memberikan harapan yang besar tanpa ingin siapapun merasa kecewa, dan dalam cerita tersebut dapat kita ketahui mereka yang tua akan kembali menjadi muda ketika di surga. Karena seluruh penduduk surga usianya sekitar 30-40 tahun.

Berikut juga cerita bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Itu memiliki sifat yang sangat mulia. Pernah suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tengah berjalan bersama Anas bin Malik. Tiba-tiba seorang Arab Badui menarik selendang yang di kalungkan dilehernya. Begitu kerasnya tarikan si Badui. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun tercekik. Anas, seperti tercatat dalam Shahih al-Bukhari, sempat melihat bekas guratan di leher nabi.

“Hai Muhammad, beri aku sebagian harta yang kau miliki!” teriak si Badui memaksa, masih dengan posisi selendang mencekik Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dalam keadaan tersebut apakah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam marah dengan sikap si Badui itu, yang berbuat kasar dan memaksa? Hati Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terlalu sejuk untuk sekadar diampiri letikan rasa gusar. Tidak! Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam justru tersenyum. Dan bilang ke Anas, “Berikanlah sesuatu!”. Ini menunjukkan sangat mulianya sifat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bahkan masih bisa bersikap lembut dengan orang yang seperti cerita tersebut.

Dalam sebuah cerita juga dijelaskan bahwa ada seorang wanita yang berkulit hitam bernama Ummu Mahjan yang biasanya membersihkan masjid, suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merasa kehilangan dia, lantas beliau bertanya tentangnya. Para sahabat lalu berkata, “Dia telah wafat.” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mengapa kalian tidak memberitahukan hal itu kepadaku?” Abu Hurairah berkata, “Seolah-olah mereka menganggap bahwa kematian Ummu Mahjan itu adalah hal yang sepele.” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tunjukkan kepadaku di mana kuburnya!” Maka mereka menunjukkan kuburnya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian beliau menyalatkannya, lalu bersabda:

“Sesungguhnya kubur ini terisi dengan kegelapan atas penghuninya dan Allah meneranginya bagi mereka karena aku telah menyalatkannya.” (HR An-Nasa’i) Semoga Allah merahmati Ummu Mahjan yang sekalipun beliau seorang yang miskin dan lemah, akan tetapi beliau turut berperan sesuai dengan kemampuannya. Beliau adalah pelajaran bagi kaum muslimin dalam perputaran sejarah bahwa tidak boleh menganggap sepele suatu amal sekalipun hal kecil. Oleh karena itu ia mendapatkan perhatian dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam hingga ia wafat. Sehingga beliau menyalahkan para shahabat Beliau yang tidak memberitahukan kepada beliau perihal kematiannya agar beliau dapat mengantarkan Ummu Mahjan ke tempat tinggalnya yang terakhir di dunia. Bahkan tidak cukup hanya demikian namun beliau bersegera menuju kuburnya untuk menshalatkannya agar Allah menerangi kuburnya dengan shalat beliau.

Begitulah, Allah mengutus Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dilengkapi dengan perilaku (akhlak) yang mulia dan menjadi teladan terbaik bagi umatnya.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab: 21).

Akhlak dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah untuk terciptanya sebuah ketenteraman, kebahagian dan kesejahteraan hidup seluruh makhluk di seluruh dunia hingga akhirat. Kita sebagai umatnya yang mengaku cinta kepadanya sudah sepantasnya untuk terus bersolawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Di akhir penyampaian tausiyah Ustadz Didik M. Nur Haris, Lc, MA, Ph.D  juga selalu mengingatkan kepada kita semua untuk terus bersolawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan meniru bagaimana akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang kemudian agar kita bisa menjadi pribadi yang cendekia dan berakhlak Mulia.