NEWSPENGUMUMANPOPULER

Kajian Rutin STIKes YARSI Pontianak: “Jadikan Pekerjaan Sebagai Penghasil Mutiara Keberkahan”

Pontianak – Keberkahan atau berkah yang juga dimaknai sebagai Ziyadatul Khair artinya yaitu kebaikan yang terus bertambah. Orang sering mengatakan “Mencari Berkah” maknanya yaitu orang mencari kebaikan, agar kebaikan kita terus bertambah, karena tentunya setiap orang pasti menginginkan dan membutuhkan kebaikan dalam hidupnya, dan juga kebaikan untuk akhiratnya kelak.

Inilah yang menjadi kalimat awal dari Kajian Rutin STIKes YARSI Pontianak yang dilaksanakan pada hari jumat di minggu terakhir disetiap bulannya. Pemateri dalam kajian rutin kali ini adalah Ustadz Saiful Anshor, LC,  dengan tema Jadikan Pekerjaan Sebagai Penghasil Mutiara Keberkahan.

Ustadz Saiful Anshor menuturkan bahwa Amal, Aktivitas atau Pekerjaan dibagi menjadi dua, yaitu ada pekerjaan baik dan ada pekerjaan yang tidak baik. Setiap keberkahan itu akan kita peroleh dan kita yakini jika kita melakukan pekerjaan yang soleh artinya aktivitas yang baik. Karena aktivitas baik yang akan melahirkan sesuatu yang baik, begitu pula sebaliknya aktivitas atau amalan yang tidak baik akan melahirkan sesuatu yang tidak baik.

Keberkahan akan kita dapatkan jika kita melakukan amalan–amalan yang baik. maka dari itu kita harus memastikan bahwa aktivitas-aktivitas yang kita lakukan adalah aktivitas yang baik, yang kemudian akan melahirkan kebaikan dan kebaikan itu akan terus menerus.

Lebih lanjut, Ustadz menjelaksan tentang Surat Al-Baqarah ayat 25, yang artinya:

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah rezki yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa. Dan di sana mereka memperoleh pasangan-pasangan yang suci. Mereka  kekal di dalamnya.”

Dari ayat tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa, Allah Subhanahu wa Ta’ala telat menyiapkan hadiah yang besar serta balasan bagi mereka yang selalu berbuat kebaikan, yaitu surganya Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan segala keindahan didalamnya.

Ustadz Saiful juga menjelaskan bahwa, Solat dan ibadah itu adalah amal soleh (amal baik), tapi
kita jangan sampai mempersempit amalan soleh itu hanya sebatas aktivitas ibadah saja. Karena sesungguhnya adalah segala kebaikan-kebaikan yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, apapun itu bentuknya adalah amal soleh (amal baik).

Bahkan aktivitas sosial adalah amalah soleh yang sangat dianjurkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang mana telah dijelaskan dalam Surah Al-maun ayat 1 sampai 7 yang artinya:

  1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
  2. maka itulah orang yang menghardik anak yatim
  3. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.
  4. Maka celakalah orang yang salat,
  5. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya,
  6. yang berbuat riya
  7. dan enggan (memberikan) bantuan.

Ayat ini menerangkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar kita senantiasa memperbanyak amalan-amalan sosial seperti menolong anak yatim, memberi makan orang miskin, dan aktivitas sosial lainnya. Intinya adalah menolong sesama, yang kemudian baru dijelaskan tentang ibadah.

 
Kita harus memastikan bahwa kita bisa memposisikan diri sebagai orang yang melakukan amal soleh. Dari bangun tidur sampai tidur kembali pastikan aktivitas yang kita lakukan adalah aktivitas yang mengandung kebaikan. Kebaikan yang dimaksud sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.

 
kemudian, bagaimana keberkahan itu bisa kita dapatkan, Ustadz Saiful telah menarangkan bahwa untuk mendapatklan keberkahan ada lima hal yang harus kita lakukan yaitu:


1.  Semua pekerjaan atau aktivitas kita harus berorientasi kepada akhirat

Seperti yang dijelaskan Hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, nomor 2459:

“Orang yang cerdas adalah yang menekan nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian, sedangkan orang dungu adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan mengangankan kepada Allah berbagai angan-angan.”

ini menunjukkan bahwa kehidupan diakhirat lebih baik daripada kehidupan di dunia

2. Amalan yang tetap berbekas (Amalan yang aktivitasnya sudah selesai, tetapi pahalnya tetap mengalir)

Seperti yang dijelaskan di surah yasin ayat 12, artinya:

Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).

Ketika kita beramal dan beraktivitas yang harus kita prioritaskan agar tetap berbekas, amalan yg aktivitasnya sudah selesai tetapi pahalanya tetap mengalir

  1. Sedekah Jariah
  2. Anak yang soleh
  3. Ilmu yang bermanfaat

Walaupun orangnya sudah meninggal tetapi masih mendapat kebaikan dari amalan tersebut.

  • Amalan yang dilakukan terus menerus

Disebutkan dalam buku Istiqamah Konsekuen dan Konsisten Menetapi Jalan Ketaatan karya Ustaz Yazid, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,

Artinya: “Wahai sekalian manusia. Kerjakanlah amalan-amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Sesungguhnya Allah tidak bosan sampai kalian bosan. Dan sungguh, amalan yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).  

Nah, ini yang akan melahirkan keberkahan-keberkahan. Amal yang continue walau jumlahnya sedikit

  • Melaksanakan Almalan dengan sebaik-baiknya

Apapun amanah yang diberikan kepada kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan seoptimal mungkin,

Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan, dilakukan dengan itqan (tepat, terarah, jelas, tuntas). (HR. Thabrani).

Jika cara dan prosesnya sudah benar, hasilnya kita serahkan kepada Allah, jangan kecewa karena kita beramal untuk akherat kita

  • Menyegerakan dalam beramal soleh

Suatu ketika ada seseorang yang datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?” Lalu, beliau menjawab, “Bersedekah selama kamu masih sehat, bakhil (suka harta), takut miskin, dan masih berkeinginan untuk kaya. Dan janganlah kamu menunda-nunda, sehingga apabila nyawa sudah sampai di tenggorokan maka kamu baru berkata, “Untuk fulan sekian dan untuk fulan sekian’, padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli warisnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Tidak boleh menunda-nunda dalam beramal, dan hindarilah sebuah ungkapan “nanti saja”

Wallahu a’lam bishawab,